Home > Sosial Budaya > Klasifikasi Sosial SECARA umum masyarakat Sumba terbagi dalam tiga kategori kelas, yaitu maramba (bangsawan), kabihu (orang kebanyakan) dan ata (budak). Pengklasifikasian semacam ini lebih terasa di bagian Sumba sebelah timur, dimana atribut-atribut khusus yang menandakan kebangsawanan seseorang lebih mudah teridentifikasi, sementara di Sumba bagian barat tidak begitu jelas. Sejalan dengan konsep ole dadi, orang Sumba mewarisi kelas soial ini dari garis keturunan ibu mereka. Dengan demikian seorang lelaki dari golongan merdeka atau budak bisa meningkatkan status keturunannya dengan menikahi wanita dari kelas yang lebih tinggi. Tapi tentu saja para wanita bangsawan cenderung menikahi lelaki dari keluarga- keluarga terpandang yang bisa menunjang hidup mereka dengan sepantasnya.Hal ini mudah dimengerti karena tanpa atribut-atribut kebangsawanan yang menonjol, maka kekayaan dan kekuasaan pun menjadi penanda kelas yang dianggap penting. Sementara alasan para lelaki bangsawan menghindari pernikahan dengan wanita kelas rendah sudah barang tentu karena tak ingin turunan mereka turun kelas. Di Sumba Timur yang sitem pengklasifikasiannya lebih ketat, bahkan ada label untuk anak-anak semacam ini. Menurut Kapita (1976) anak-anak seorang lelaki maramba yang kawin dengan wanita kabihu disebut ana mandamu dan derajat mereka setara dengan derajat si ibu yaitu kabihu. Sedangkan anak-anak lelaki maramba yang kawin dengan budak disebut ana kalawihi dan derajat mereka bahkan lebih rendah dari ana mandamu. Masih menurut Kapita (1976) golongan maramba dibedakan atas maramba bokulu (bangsawan besar) dan maramba kudu (bangsawan kecil). Maramba bokulu adalah para bangsawan yang karena keturunannya, kemampuannya dan pengaruhnya tetap memelihara hubungan perkawinan dengan bangsawan-bangsawan lain dari kabihu yang sederajat. Golongan ini punya banyak orang bawahan, baik yang berasal dari golongan kabihu maupun ata. Golongan ini pula yang terpilih menjadi hangaji atau raja. Sedangkan golongan maramba kudu adalah golongan yang tetap memelihara garis keturunannya tetapi kemampuan dan kekuasaannya terbatas. Pembagian serupa juga berlaku di Sumba Barat. Sama seperti maramba, golongan kabihu dibedakan atas kabihu bokulu dan kabihu kudu. Kabihu bokulu adalah golongan orang merdeka yang karena keturunannya, kemampuannya dan pengaruhnya banyak juga mempunyai orang bawahan. Sedangkan golongan kabihu kudu adalah orang kebanyakan yang tetap memelihara keturunannya tetapi tanpa kekuasaan berarti. Di Sumba Timur, golongan ata atau budak bisa dibedakan menurut tingkatan dan bisa juga berdasarkan asal usul. Berdasarkan tingkatan dikenal dua jenis ata: ata ndai (hamba pusaka) yaitu hamba yang secara turun temurun tetap bersama tuannya, dan ata bidi (hamba baru). Ata ndai dijuluki ata ranja maramba (hamba yang sebaya dengan bangsawan) dan mengabdi pada bangsawan-bangsawan yang disegani. Dari golongan ini muncul golongan terpisah yang disebut ata bokulu (hamba besar/ berpengaruh) yang menjadi orang kepercayaan atau bendahara para bangsawan. Para ata bokulu inilah yang biasanya dijadikan ngara hunga atau gelar nyata tuannya (terdapat kebiasaan di Sumba bagian timur menyebut gelar maramba bokulo berdasarkan nama hamba-hamba mereka. Misalnya Umbu Nai Keba, artinya tuan dari si Keba). Sementara itu, golongan ata bidi dibedakan atas tiga kelompok yakni: ata pakei (budak yang diperoleh karena jual beli), ata tanawangu (budak yang terdiri dari kaum muda sebagai kelompok baru dalam rumah maramba), dan ata buta (budak yang berperilaku jelek). Di Sumba Barat kelas sosial terendah tidak disebut ata tapi lebih dikenal dengan istilah madeingu. Golongan ini merupakan budak turun temurun yang katanya berperilaku jelek. Lebih tinggi dari madeingu ada golongan yang di sebut ana ata uma (anak dalam rumah) yaitu orang-orang yang secara sukarela tinggal, bekerja dan bergantung hidup kepada kaum bangsawan Ana ta uma ada yang turunan budak tapi banyak juga yang berasal dari kelas kabihu, karena miskin mereka tinggal bersama para bangsawan sehingga di sebut anak dalam rumah. Lebih rendah dari ana madeingu adalah mamarung (penyihir) yaitu orangorang yang dipercaya memiliki kekuatan sihir jahat (black magic). Berdasarkan asal usulnya para budak dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: mereka yang sudah menjadi hamba sejak kedatangan para leluhur ke Sumba, mereka yang aslinya bukan hamba tetapi karena kalah perang lalu menjadi tawanan dan akhirnya dijual sebagai budak, serta mereka yang menjadi hamba karena perkawinan. Dalam sebuah keluarga Sumba, terutama keluarga golongan maramba, lazim terjadi ada lebih dari satu kelas sosial yang bernaung di bawahnya. Kelas budak jelas merupakan pelayan mereka, namun ada juga kelas-kelas kabihu (orang merdeka) yang turut serta. Mungkin karena tertarik pada kharisma dan kebesaran bangsawan tempatnya bergabung, tapi yang paling sering karena ketergantungan ekonomi. Setelah kemerdekaan pemerintah Indonesia melarang perbudakan dan sejak itu pula terminologi kelas mulai jarang diperbincangkan. Namun dalam kehidupan aktual masih tetap menjadi pertimbangan terutama sewaktu memilih pasangan hidup. |
Selamat Datang DiBloger Alexander Umbu Goda. Temukan hal hal menarik didalamnya. anda akan menelusuri bersama saya Alexander dengan beberapa hal hal terpenting buat anda. ini juga berguna bagi kaum pelajar dan umum . disana anda bisa menemukan beberapa ilmu mengenai pendidikan, seni, kebudayaan, adat istiadat dan materi materi penting serta pendidikan kerohanian anda bagi KRISTEN. SELAMAT BERGABUNG
PERESMIAN BLOGGER ALEXANDER UMBU GODA
Alexander umbu goda secara resmi hari ini tanggal 05 october 2013 telah memutuskan untuk menetapkan sebuah lencana dalam blog ini yang saya beri nama Peresmian Bloger Alexander
Jumat, 31 Januari 2014
klasifikasi sosial sumba - alexander Umbu Goda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar